Ngoding Ngoding Ngoding Blogging

HIDUP ITU BERWARNA LAYAKNYA GRAFFITI DI TEMBOK SMA


Judul buku          : Gaffiti
Penulis                : Ginny Lyn
Penerbit              : PT Grasindo
Tebal                  : xi+149 halaman


Ada yang hitam… ada yang biru… ada yang putih…

Novel ini menceritakan tentang kisah seorang remaja bernama Morgan Ishtar (panggil MG) yang sedang mencari jati dirinya. Ide cerita memang sudah umum digunakan, namun gaya penceritaannya, jangan diragukan. Sangat bangus.
MG ( G dibaca Ji, yaa), adalah anak orang kaya yang sebelumnya pernah tinggal di London, namun pindah ke Indonesia bersama mama dan adiknya, Sarah. Ayahnya masih tinggal di London karena masih bekerja di kedutaan.
Dia memiliki semua yang pada dasarnya ingin dimiliki semua orang. Hidupnya sempurna. Apa yang selalu ia kenakan, mulai dari baju, sepatu, hingga aksesoris yang bermerk. Dia mempunyai bakat luar biasa di bidang seni lukis. Dia juga mahir dalam bermain piano, hanya dengan menndengarkan lagu sekali, dia sudah mampu memainkan akor pianonya, hebat bukan? Dia menjadi ketua perkumpulan jurnalistik di sekolahnya. Dia punya seorang sahabat bernama Carenina (panggil Kerry) dan seorang kakak angkat bernama Edo. Dia punya mantan kekasih yang selalu ia banggakan bernama Anthony dan masih berharap Anthony mau menerimanya kembali suatu saat (oleh sebab itu, dia memutuskan untuk tidak pacaran demi menunggu Anthony). Dia mempunyai teman yang ia jadikan motivatornya, Yana. Dia punya teman baik lain (yang juga menyukai MG) bernama Venus. Ia mempunyai orang spesial bernama Nagi, yang sering membuatnya salah tingkah.
Walaupun ia memiliki banyak kelebihan. Ada satu hal yang menjadi kekurangannya. Dia tidak begitu berbakat di bidang sains. Berbeda dengan adiknya, Sarah. Nah.. ini lah yang sering membuat mamanya membanding-bandingkan MG dengan adiknya, yang tak jarang berbuntut dengan kemarahannya. dia merasa mamanya tidak adil padanya.
Semua kelebihan dan kekurangannya itu membuatnya menjadi orang yang mandiri sekaligus egois, sombong dan suka meremehkan kemampuan orang lain. Dia selalu menganggap dirinya lebih bisa dari yang lain. Sampai-sampai ia sendiri meragukan kemampuan Kerry, sahabatnya sendiri.
Hubungannya dengan mamanya tidak baik, begitu pun dengan adiknya, Sarah. Apalagi dengan papanya di London sana.
Konflik terjadi ketika ia berseteru hebat dengan mama dan adiknya. Ditambah lagi dia harus keluar dan mengundurkan diri sebagai ketua jurnalistik sekolahnya karena berseteru dengan rekan kerjanya, Steven. Ia merasa hidup itu tak adil padanya. 
Ini adalah dialog ketika MG sedang dinasehati olek kakak angkatnya Edo,

“Kok lu jadi sok dewasa gitu sih? Lu tau apa tentang hidup gue? Gue juga berusaha buat hidup gue tau! Gue sekolah! Gue berusaha buat nyelesain tugas-tugas gue. Apa itu kalo bukan usaha?” tanyaku kesal.
“Tapi tante bilang, lu sering ngeluh. Lu belum ngerasain hidup kayak mereka ini. Tadi pagi contohnya, untuk sarah aja lu ngeluh.”
“Itu kan manusiawi,” kataku.
“Itu namanya nggak mensyukuri, G. Gue bukannnya mau ngeguruin lu gitu. Tapi, tante bener. Lu kadang keenakan hidup,” kata Edo. Aku terdiam. Termangu. Apa yang dikatakan keenakan hidup? Aku nggak minta dilahirin.”-

 Benar-benar tidak mampu bersyukur bukan?

Karena ia merasa sudah tidak ada yang berpihak lagi padanya sekarang,  ia memutuskan untuk pergi ke London menemui ayahnya. Di sana, ia memang benar-benar mengunjungi rumah ayahnya. Namun tidak sampai bertemu dengan ayahnya. Ia bertemu dengan seorang wanita cantik. Di sinilah kejadian mengharukan (bagi MG) terjadi. Saat tengah mengobrol dengan wanita itu, ia melihat ada sebuah grafitty di tembok. Empat gambar orang saling bergandengan dan di bawahnya tertulis nama, “Papa, Mama, Morgan, Sarah”. Pasti kalian bingung ya, kok mengharukan? Darimana? Jadi, si wanita itu mempunyai anak dengan papanya, dan papanya memberi nama yang sama dengan nama MG dan Sarah. Kenapa? Menurut penjelasan wanita itu, dia (papa MG) masih mengingat keluarganya yang di Jakarta dan belum mau menikahi wanita itu. (hloh,kok?).
MG menyadari betapa egoisnya dia, berpikir hal yang buruk tentang orang lain.

Hal yang dapat kita petik dari kisah ini adalah jangan pernah meremehkan orang lain, belum tentu kita itu lebih baik dari mereka.
 “Bersyukurlah dengan apa yang kita miliki” . Hidup tidak pernah tidak adil kepada manusia. Cukup bersyukur dan semuanya akan terasa nikmat dan memuaskan.

6 komentar:

STATISTIKA "Pengantar Ilmu Komputer" mengatakan...

hmm bagus nis resesnsinya.. boleh pinjem novelnya??

farida mengatakan...

ceritanya nggak lengkap tuh mbak

Akuaniss mengatakan...

bukunya di solo jeng

Akuaniss mengatakan...

heehee... boleh lah ditambahi dikit

niuniuniu mengatakan...

jadi inget masa SMA.....

Akuaniss mengatakan...

pengen SMA lagi yaa??? sama

Posting Komentar